Kamis, 29 November 2012

Take Care Of Us Captain Eps 1


Han Da Jin, mahasiswi penerbangan di Akademi Penerbangan San Fransisco, baru saja menyelesaikan studinya dengan melakukan terbang solo menggunakan Pesawat Cessna Red Baron. Ia berhasil menerbangkan pesawat itu. Rekan2nya yang semuanya adalah bule memberinya ucapan selamat.


Kim Yun Seong, Co-Pilot muda, tampan dan berbakat melakukan pengecekan pesawat bersama Kapten Han Gyu Pil. Kapten Han lalu memasangkan atribut berupa tanda 3 strip kuning di lengan Yun Seong. Ia menepuk2 pundak Yun Seong, kemudian bertanya, “Apa kau tahu arti 3 strip kuning ini?”
“Artinya aku sudah lulus.” Jawab Yun Seong mantap.
Kapten Han tersenyum dan berkata “Bukan berarti kau sudah lulus dengan mendapatkan 3 strip kuning ini. Lulus atau tidaknya tergantung dari kemampuanmu yang disertai tanggung jawab. Ingat itu.”
“Aku akan mengingatnya.”


Kapten Han mengulurkan tangannya. Mereka berjabat tangan dan terlihat akrab sekali.


Briefing penerbangan dimulai. Yun Seong menatap genit pada pramugari bernama Choi Ji Won. Ji Won tersenyum dan membalas tatapan Yun Seong dengan mengedipkan matanya.


Satu per satu penumpang memasuki pesawat. Ji Won menyapa penumpang dengan penuh semangat. Kepala Pramugari menyuruh Ji Won tenang dalam menyapa penumpang dan mengingatkan Ji Won untuk tidak membuat masalah dalam penerbangan pertamanya. Ji Won berjanji akan melakukannya dengan baik. Seorang wanita yang tengah hamil tua masuk ke pesawat sambil berbicara dengan anaknya di telepon.


Lalu seorang actor tampan bernama Jung Gyo Un masuk ke pesawat, membuat Ji Won heboh sendiri. Ji Won menyapa Gyo Un dengan penuh semangat. Gyo Un melirik Ji Won, membuat Ji Won senyum2 sendiri.


Wanita hamil tadi ternyata ibu Da Jin. Ia akan menghadiri perayaan kelulusan Da Jin. Pesawat akan segera lepas landas, tapi wanita itu masih berbicara dengan Da Jin. Ji Won mendekati wanita itu dan memintanya untuk mematikan ponselnya karena pesawat akan segera lepas landas. Wanita itu menyudahi pembicaraannya di telepon dan tersenyum pada Ji Won. Ji Won berterimakasih pada wanita itu.


Kapten Han menyuruh Yun Seong melakukan lepas landas. Yun Seong semula menolak. Kapten Han lalu bilang kalau tidak semua Co-Pilot berkesempatan melakukan lepas landas pertamanya. Yun Seong membungkuk, memberi hormat pada Kapten Han. Ia lalu melakukan lepas landas. Pesawat berhasil lepas landas dengan mulus! Kapten Han mengacungkan jempolnya pada Yun Seong. Yun Seong speechless.


Suasana kabin sangat damai. Para penumpang merasa nyaman dengan pelayanan pramugari. Hanya satu yang merasa tidak nyaman. Wanita yang tengah hamil tua itu. Para pramugari melepas lelah dengan melakukan pijat kaki, maskeran dan makan. Wanita hamil itu memanggil Ji Won. Ia meminta Ji Won mengantarkannya ke toilet. Ji Won membantu wanita itu berdiri, namun tiba2 Gyo Un memanggilnya. Ji Won tersipu malu dan menghampiri Gyo Un. Gyo Un meminta diambilkan selimut. Wanita hamil itu berjalan tertatih2 ke toilet. Ji Won melihat wanita itu. Merasa wanita itu tidak memerlukan bantuannya, ia pun terus meladeni Gyo Un.

Kapten Han masuk ke toilet. Yun Seong yang masih merasakan euphoria penerbangan pertamanya, mengenakan kacamata hitamnya dan tersenyum. Ia lalu melihat sesuatu yang tidak beres. Saat mau melakukan sesuatu, tangannya menyenggol alat kemudi. Alat kemudi terpental ke depan. Pesawat pun mengalami turbulensi yang cukup hebat. Para penumpang dan awak pesawat terlempar kesana kemari. Kapten Han bingung dengan apa yang terjadi. Akibat guncangan itu, perut wanita itu membentur kloset!


Yun Seong berusaha melakukan sesuatu tapi guncangan semakin hebat terasa. Penumpang terlempar kesana kemari. Barang2 milik penumpang jatuh dari lemari penyimpanan. Kapten Han kembali ke kokpit dan bertanya apa yang terjadi. Yun Seong bilang tidak sengaja membuat autopilot berhenti. Wanita itu mencoba bertahan. Ia berpegangan supaya tidak jatuh, tapi akhirnya ia jatuh juga. Darah membasahi roknya!


Kapten Han menyuruh Yun Seong mengurangi kecepatan. Yun Seong melakukan itu. Guncangan akhirnya berhenti. Kapten Han tersenyum dan menepuk2 pundak Yun Seong. Yun Seong melepas kacamatanya dan mengusap mukanya. Ia masih syok. Ji Won mengecek wanita itu ke toilet. Ia merasa bersalah telah mengabaikan wanita itu. Ia mengetuk2 pintu toilet. Karena gak ada respon, ia membuka pintu toilet. Ia terkejut melihat wanita itu pingsan. Ia berusaha membangunkan wanita itu.


“Apa di kabin baik2 saja?” tanya Kapten Han mengecek kondisi kabin melalui telepon. Ia menarik napas lega mengetahui para penumpang baik2 saja.
“Maafkan aku.” Ucap Yun Seong.
“Apa kau gugup? Bukankah ini seperti berkencan? Itulah indahnya langit. Jadikan ini pengalaman yang berharga.” Jawab Kapten Han.


Wanita itu telah sadar. Ji Won dibantu seorang rekannya memapah wanita itu kembali ke kursinya. Ji Won tampak mengkhawatirkan wanita itu. Wanita itu bilang kalau dia baik2 saja. Ia lalu meminta air dengan napas yang terengah2. Ji Won segera ke dapur. Dari dapur, ia memantau kondisi wanita itu. Wanita itu tampak tidur.


Ji Won lalu kembali ke kursi wanita itu. Ia menyelimuti wanita itu, kemudian terkejut melihat darah membasahi rok wanita itu. Bukannya menolong, Ji Won malah pergi ke toilet. Ia meyakinkan dirinya kalau wanita itu baik2 saja. Da Jin sedang menghadiri perayaan kelulusannya. Ia gelisah karena ibunya tak kunjung datang.


Ji Won kembali mengecek kondisi wanita itu. Ia meyakinkan dirinya kalau wanita itu baik2 saja. Ia lalu menyibakkan selimut dan kaget melihat darah yang semakin banyak keluar. Ji Won membangunkan wanita itu, tapi wanita itu bukan tidur. Wanita itu pingsan!!
“Senior!” teriak Ji Won memanggil Kepala Pramugari. Kepala Pramugari dan rekan2nya yang lain datang. Mereka kaget melihat kondisi wanita itu. Kepala Pramugari menyuruh rekannya mencari dokter. Ji Won menangis. Ia merasa amat bersalah. Kepala Pramugari menyuruh Ji Won menyiapkan kamar darurat. Gyo Un melihat semua itu, tapi ia pura2 tak tahu. Sepertinya ia juga merasa bersalah. Karenanya, Ji Won mengabaikan wanita itu.
Seorang pramugari mencari dokter diantara penumpang dan pramugari lainnya membopong wanita itu ke kamar darurat.


“Ini Kapten. Ada apa?” tanya Kapten Han.
“Kami memindahkan seorang wanita hamil ke kamar darurat. Tampaknya ia terjatuh saat terjadi turbulensi tadi.” Jawab Kepala Pramugari.
“Kau bilang tidak terjadi apa2?”
“Maaf Kapten. Hal ini baru saja diketahui.”
“Aku mengerti.” Jawab Kapten, lalu menyudahi pembicaraan. Yun Seong merasa bersalah. Kapten Han meyakinkan Yun Seong kalau semuanya baik2 saja.


Da Jin naik ke panggung untuk menerima symbol kelulusannya.


“Senior, tidak ada dokter di sini.” Ucap seorang pramugari.
“Kita tidak bisa menunggu lagi. Nyawa ibu dan bayinya dalam bahaya. Kita harus melakukan operasi. Ji Won, siapkan gunting dan perban.” Suruh Kepala Pramugari. Ji Won diam saja. Ia syok dengan semua itu. Kepala Pramugari menyadarkan Ji Won yang membeku.


Ji Won mencuci tangannya yang berlumuran darah, kemudian menyiapkan peralatan operasi. Ia mengambil gunting dan perban. Karena terburu2 dan gugup, ia terjatuh diantara penumpang. Gunting dan perban berserakan di lantai. Ji Won mengambil napas dan segera memungut gunting dan perban, lalu segera ke kamar darurat. Kepala Pramugari memberitahu Kapten Han kalau mereka akan segera melakukan operasi. Kapten Han meminta Kepala Pramugari terus memberikan kabar soal wanita itu. Kapten Han tampak stress dengan masalah itu. Ia menyuruh Yun Seong mengontak Anchorage Airport dan Paramedis.


Wanita itu berteriak kesakitan. Terjadi masalah. Mereka tidak bisa melakukan pendaratann darurat karena masalah cuaca. Yun Seong memutuskan mendarat di Anchorage Airport. Kapten Han melarangnya. Yun Seong terus membujuk Kapten Han. Kapten Han berkeras mau mendarat di Bandara di San Fransisco. Yun Seong terus membujuk Kapten Han untuk mendarat di Anchorage Airport. Kapten Han tidak mau. Ia tak ingin membahayakan nyawa 300 penumpangnya. Betapa kagetnya Yun Seong saat Kapten Han bilang kalau wanita hamil itu istrinya.


Wanita itu sudah melahirkan. Bayinya sudah dikeluarkan. Kepala Pramugari memotong ari2 bayi dengan gunting yang tidak steril!! Ia terpengarah mengetahui pendarahan wanita itu tidak berhenti dan langsung melaporkannya ke Kapten Han. Da Jin sedang merayakan kelulusannya. Tiba2, ponselnya berbunyi. Ia terkejut saat diberitahu ayahnya kalau ibunya meninggal. Ia mengira ayahnya bercanda.

Da Jin langsung ke RS. Ia terdiam menatap ayahnya dan berjalan melewati ayahnya. Kapten Han menatap sedih Da Jin. Da Jin jatuh terduduk. Sesaat kemudian, tangisnya pecah. Ia menangis sejadi2nya sambil berteriak memanggil ibunya.


Yun Seong duduk di kokpit pesawat sambil memeluk lututnya. Ia merasa sangat bersalah. Guncangan itu menewaskan istri Kapten Han, kapten yang sangat dihormatinya. Ji Won duduk di kabin. Ia juga merasa bersalah. Bukan hanya karena telah mengabaikan permintaan wanita itu, tapi juga karena lupa mensterilkan gunting itu.


“Kakak!” ucap adik ipar Kapten Han di pemakaman kakaknya. Ji Won mendekati pemakaman itu dengan langkah gemetar. Tangis membasahi pipinya. Da Jin menatap Ji Won penuh amarah. Ia ingin menghajar Ji Won, namun dicegah ayahnya. Dari kejauhan, Yun Seong menyaksikan semua itu. Hatinya sesak. Ia benar2 merasa bersalah.


Yun Seong pergi ke kedai arak. Ia melampiaskan emosinya dengan minum2.


Kapten Han terkejut melihat Yun Seong duduk di depan rumahnya. Yun Seong berlutut pada Kapten Han. Kapten Han menyuruh Yun Seong berdiri. Yun Seong terus berlutut sambil meminta maaf berkali2. Ia lalu mengaku membenci Kapten Han. Ia tidak mengerti kenapa Kapten Han memilih menyelamatkan nyawa 300 penumpang ketimbang nyawa istrinya. Kapten Han menunjukkan tanda 4 strip kuning. Ia menjelaskan arti tanda 4 strip kuning itu. Artinya adalah tanggung jawab. Nyawa 300 penumpang berada di tangannya. Dan ia terpaksa menyelamatkan nyawa 300 penumpang dan membunuh istrinya. Yun Seong memutuskan berhenti mendampingi Kapten Han.


Di depan Yun Seong, Kapten Han mencoba tegar namun ia sebenarnya terpukul dengan apa yang menimpa istri dan anaknya. Ia menatap ke sekeliling kamarnya, lalu menatap 4 strip kuning yang ada di lengan jasnya. Da Jin duduk di lantai sambil memeluk foto ibunya. Ia masih gak bisa menerima kepergian sang ibu.


Paginya Kapten Han membawakan susu untuk Da Jin. Da Jin bangun dari tidurnya dan meminum susu itu.
“Ayah, inikah tugas seorang pilot? Menjamin keselamatan penumpang? Meskipun aku mengerti, aku sulit untuk menerimanya. Ayah, ibuku juga penumpang di sana. Apa kau hanya menganggap ibuku sebagai penumpang?” tanya Dajin terisak.


Kapten Han melihat bayinya. Akibat gunting yang tidak steril itu, terjadi infeksi pada system peredaran darah bayinya.

Kapten Han ke makam istrinya.
“Istriku, maafkan aku. Tahukah kau? Bagiku kau yang pertama, kedua.. ketiga.”

Kapten Han kembali dengan menyetir mobilnya sendirian. Ponselnya berdering. Ada SMS dari Da Jin.
“Ayah, maafkan aku. Ayah dimana?”

Kapten Han tersenyum membaca SMS putrinya. Ia menepikan mobilnya dan mulai mengetik balasan SMS. Tiba2, sebuah truk menabrak mobil Kapten Han! Kapten Han tewas di tempat! Belum hilang rasa pedih itu, Da Jin kembali mendapatkan luka yang baru. Pemakaman Kapten Han berlangsung khimdat. Di hari yang sama, Yun Seong bertolak ke Australia tanpa tahu apa yang terjadi pada Kapten Han.


Sesuai pesan sang ayah, ia membawa abu jenazah sang ayah ke pesawat dan terbang. Ia berjanji pada ayahnya akan menjadi pilot seperti ayahnya. Semua orang memberi penghormatan terakhir pada Kapten Han.

= 7 tahun kemudian =

Da Jin berlari2 menuju taman hiburan yang akan ditutup. Ia memohon kepada badut penjaga pintu agar diizinkan masuk.


“Aku sudah berjanji pada adik perempuanku akan membawanya ke sini jika ia sudah sehat nanti. Aku mohon, izinkan aku masuk untuk mengambil beberapa gambar.” Pinta Da Jin. Badut penunggu pintu mengizinkan Da Jin masuk dan mendoakan kesembuhan adik Da Jin.


Setelah puas menjajal semua permainan dan mengambil beberapa gambar, Da Jin berjalan keluar. Langkahnya terhenti di depan sebuah boneka yang bersinar di dalam box. Tiba2, dari dalam box keluar sebuah bola yang bersinar. Da Jin mengambil bola itu. Ia menemukan sebuah kertas di dalam bola itu. Da Jin membaca tulisan di kertas itu. Kertas itu bertuliskan Climb Your Life. Berulang kali ia membaca kata2 itu, kemudian tersenyum seperti mendapatkan pencerahan.


Ia berjalan keluar dari taman hiburan sambil melambung2kan bola itu. Karena lemparannya terlalu tinggi, bola itu terlepas dari tangannya. Ia terjatuh saat berusaha menangkap bola itu. Bola itu menggelinding ke kaki seorang cowok. Cowok itu berjalan mendekati Da Jin. Cowok itu ternyata Kim Yun Seong! Yun Seong mengembalikan bola Da Jin tanpa membantu Da Jin berdiri. Ia beranjak masuk ke taman hiburan.

“Mungkin ia bukan orang Korea.” Ucap Da Jin menghibur dirinya. Ia lalu berdiri dan mengucapkan terima kasih pada Yun Seong.

Paginya, Da Jin menaiki jembatan untuk menikmati keindahan Australia. Di bawah jembatan, ada Yun Seong yang juga sedang menikmati keindahan Australia. Ia mengambil beberapa gambar.


“Meskipun aku menemui kegagalan, aku tidak akan pernah menyerah! Aku Han Da Jin! Apapun yang aku katakan, aku akan melakukannya!” teriak Da Jin, menarik perhatian Yun Seong. Yun Seong lantas mengambil gambar Da Jin. Sesaat kemudian, ia ingat Da Jin adalah gadis yang ia tolong di taman hiburan semalam. Da Jin melompat di jembatan sambil mengangkat tangannya ke atas. Yun Seong tersenyum menatap Da Jin.

= Sydney International Airport =


Da Jin bergabung dengan perusahaan penerbangan Wings Air. Ia masuk ke satu ruangan dan menyapa rekan2nya. Para pramugari sedang menunggu Kapten mereka.
“Hari ini kita akan terbang dengan Kapten Kim Yun Seong.” Ucap salah satu dari mereka.
“Kim Yun Seong dari YT Airlines? Kudengar dia melawan badai untuk menyelamatkan 300 penumpang Australia. Dan ia mendapatkan penghargaan dari Pemerintah Australia atas jasanya.” Ucap Da Jin.
“Nona Han Da Jin, kau beruntung terbang bersamanya.” Jawab salah satu diantara mereka.


Tiba2 pintu ruangan terbuka. Semua memberi hormat saat Yun Seong memasuki ruangan. Da Jin terkejut melihat sosok Yun Seong. Ia ingat Yun Seong adalah cowok yang mengembalikan bolanya tanpa menolongnya berdiri di taman hiburan. Da Jin ingin bicara soal pertemuan mereka di taman hiburan tapi tidak jadi. Ia membungkukkan badannya, memberi hormat dan memperkenalkan dirinya. Karena terlampau kencang membungkukkan badannya, topinya jatuh. Yun Seong memperkenalkan dirinya.

Mereka melakukan briefing penerbangan. Seorang pramugari melapor pada Yun Seong kalo ada penumpang yang harus menjalani operasi jantung. Yun Seong menyuruh mereka memperlakukan penumpang itu dengan sebaik2nya. Di kokpit, Da Jin berusaha bersikap ramah pada Yun Seong, tapi Yun Seong bersikap dingin pada Da Jin.

Da Jin berusaha fokus dengan pekerjaannya, tapi ia justu membuat kesalahan dan mengakibatkan kepanikan di kabin. Yun Seong menegur keras Da Jin. Akhirnya keadaan berhasil dikendalikan. Yun Seong menyuruh Da Jin keluar. Da Jin terkejut. Yun Seong bilang tak ingin membawa terbang amatiran seperti Da Jin. Da Jin bilang kalau mereka tidak boleh membuang waktu karena ada pasien yang harus segera di operasi. Yun Seong mengaku akan menanganinya sendiri. Seorang pramugari melapor pada Yun Seong kalau mereka harus segera berangkat. Yun Seong akhirnya menyerah dan tidak jadi mengusir Da Jin.

Rabu, 28 November 2012

Take Care Of Us Captain


Sinopsis :

Han Da Jin yang baru saja menyelesaikan pendidikannya di Akademi Penerbangan mengalami nasib tragis. Cerita bermula saat Gim Yun Seong, seorang Co-Pilot melakukan penerbangan pertamanya bersama Kapten Han Gyu Pil yg adalah ayah Da Jin. Pada saat Kapten Han ke toilet, Yun Seong tak sengaja menyentuh alat kemudi yang menyebabkan pesawat mengalami guncangan hebat. Akibatnya, ibu Da Jin yang tengah hamil tua terpaksa melahirkan di pesawat. Sialnya pesawat tak bisa segera mendarat karena cuaca buruk. Yun Seong membujuk Kapten Han untuk segera mendarat di bandara terdekat namun Kapten Han lebih memikirkan keselamatan 300 penumpangnya. Karena tak ada penumpang yang berprofesi sebagai dokter, akhirnya ibu Da Jin melahirkan dibantu oleh beberapa pramugari. Bayi berhasil dikeluarkan dengan selamat tapi memakai alat kedokteran yang tidak steril. Ibu Da Jin akhirnya meninggal karena kehabisan darah. Choi Ji Won yang sempat mengabaikan permintaan ibu Da Jin amat merasa bersalah. Satu hari setelah pemakaman sang ibu, sang ayah mengalami kecelakaan.

7 tahun berlalu.... Da Jin bergabung dengan perusahaan penerbangan ternama, Wings Air sebagai Co-Pilot. Kim Yun Seong adalah Kapten Pilot di sana! Tanpa tahu latar belakang Da Jin, ia mendidik Da Jin dengan keras. Ji Won yang baru pulang dari luar negeri juga bergabung di sana sebagai kepala pramugari. Kim Dong Soo, seorang supervisor air trafic controller selalu melindungi Da Jin dari amukan Yun Seong.

Belakangan Yun Seong pun tahu Da Jin adalah anak Kapten Han. Ia merasa bersalah pada Da Jin yang hidup susah dengan adiknya yang sakit2an. Tidak tahu kalau Yun Seong penyebab kematian ibunya, Da Jin jatuh cinta pada Yun Seong. Yun Seong pun bimbang antara cinta dan rasa bersalah.

Pemain :
  • Goo Hye Sun sbg Han Da Jin
  • Ji Jin Hee sbg Gim Yun Seong
  • Yoo Sun sbg Choi Ji Won
  • Lee Chun Hee sbg Kang Dong Soo
  • Kim Chang Wan sbg Han Gyu Pil (ayah Da Jin)
  • Lee Hwi Hyang sbg Yang Mi Hye (ibu Da Jin)

Tentative Title: Take Care of Us, Captain (부탁해요, 캡틴)
Chinese Title: 拜托了,机长
Also Known as: Fly Again
Genre: Romance
Episodes: 20
Broadcast Network: SBS
Broadcast Period: 2012-Jan-04 to 2012-March-08
Air Time: Wednesday & Thursday @ 21:55 PM KST
Director: Joo Dong Min
Screenwriter: Jung Na Myung

Minggu, 25 November 2012

Temptation Of Wife Eps 4


Eun Jae menunggu Gyo Bin di luar. Ia menelpon Gyo Bin tapi gak diangkat.



Ia menggigil kedinginan. Sementara itu Gyo Bin masih bersama Ae Ri. Ae Ri tidur di pelukan Gyo Bin. Gyo Bin tampak seperti memikirkan sesuatu.
“Apa yang kau pikirkan?” tanya Ae Ri.
“Tidak ada. Aku sangat marah saat teringat pada Kang Jae.” Jawab Gyo Bin.


“Jadi kau mau menggunakanku untuk membalaskan dendammu? Kapan kau berhenti jadi pengecut? Kau harus membuat keputusan apakah mau bersamaku atau tidak.”
“Aku benar2 bingung. Aku punya wanita yang berbeda setiap malam, tapi aku tidak pernah merasa seburuk ini.”


“Pergilah. Aku ada janji dengan seseorang.” Ucap Ae Ri bangkit dari tempat tidur dan mengenakan pakaiannya.
“Malam2 begini? Dengan siapa?”
“Pemilik Salon Bella ingin menemuiku.”
“Apa dia seorang pria?”
“Apa kau cemburu? Gyo Bin, belikan aku rumah.”
“Apa? Rumah?”
“Kau kan Direktur Perusahaan Konstruksi. Masa’ kau tidak bisa membelikanku apartemen.”
“Aku tidak punya uang sebanyak itu. Ayahku yang mengendalikan semuanya. Direktur hanya namaku saja.”
“Kalau kau membelikanku apartemen, kita bisa bersama setiap hari. Itulah impianku.”
“Jadi impianmu merusak rumah tangga orang? Bagaimana kalau Kang Jae sampai tahu?”
“Apa kau takut padanya?”

Kita ke rumah Gyo Bin. Mi In tidur di kamar Soo Bin.
“Aku menang.” Ucap Mi In dalam tidurnya. Ia bermimpi menang dalam permainan judi. Soo Bin yang sedang bekerja beranjak ke tempat tidur, kemudian menyuruh sang ibu tidur  di kamarnya. Mi In bangun dari tidurnya dan berkata, “Aku tidak tidur.”
“Bu, minta maaflah pada ayah. Oya, aku tidak melihat Eun Jae dari tadi? Kemana dia? Apa dia ke rumah orang tuanya?”


“Mana aku tahu. Dia tidak pernah pamit padaku. Sudahlah, aku tidak ingin mendengar namanya. Dia sumber masalah di rumah ini.”
“Ibu jangan begitu. Kalau aku jadi dia, aku akan minta cerai dan harta gono gini, lalu aku akan cerita pada media kalau keluarga ini adalah keluarga yang sangat aneh.”
“Kau keluargaku atau bukan sih?” tanya Mi In geram.
“Cinderella adalah dongeng favorit ibu kan? Sekarang ibu sudah seperti ibu tirinya Cinderella.”
“Berani sekali kau menjadikanku sebagai lelucon. Baiklah. Aku pergi.”

Mi In mengendap2 masuk kamarnya kemudian naik ke tempat tidur, tapi Ha Jo menendangnya hingga ia jatuh ke lantai. Mi In berkata, “Apa dia mau membunuhku?”
Mi In lalu memeluk Ha Jo. Ha Jo mendorong Mi In hingga ia jatuh ke lantai. Ha Jo meneruskan tidurnya. Dengan kesal Mi In berkata, “Iya, baik! Aku akan tidur di lantai!”


Eun Jae masih menunggu Gyo Bin diluar. Gyo Bin pulang. Ia heran melihat Eun Jae diluar.
“Apa yang kau lakukan di sini?”
“Kenapa kau tidak menjawab teleponku?”
“Aku habis bertemu klien penting. Apa yang kau lakukan di sini? Kau bertengkar dengan ibuku?”
Eun Jae diam saja, ia lalu kaget melihat wajah Gyo Bin terluka. “Ini kenapa?”
“Ini ulah kakakmu! Dia datang ke kantor dan memukuliku.”
“Nanti aku akan bicara padanya.”


Gyo Bin lalu melirik kaki Eun Jae. Ia kaget Eun Jae keluar memakai sandal rumah.
“Kau diusir ibuku? Pertama kau ditampar ibuku, sekarang kau diusir. Apa kau tidak bisa akur dengan ibuku?”
“Aku sudah mencoba tapi tidak bisa.”
“Ya sudah, lupakan.” Ucap Gyo Bin lalu melepas jasnya dan memakaikan jas itu ke tubuh Eun Jae agar Eun Jae tidak kedinginan. Eun Jae tersenyum dan langsung merangkul Gyo Bin.


Di kamar Eun Jae mengobati luka di wajah Gyo Bin.


Kang Jae dan ortunya sedang merenovasi kamar Ae Ri. Mereka memasang kertas dinding, lalu menata tempat tidur, lemari dan meja rias. Kang Jae disuruh ayahnya segera menikah. Kang Jae bilang ia belum siap untuk menikah. Sang ibu datang membawakan jus beras.
“Ae Ri sudah sukses sekarang, apa dia mau tinggal di sini dengan kita? Dia pasti sudah mendapatkan pekerjaan sekarang.” Ucap ibu Kang Jae.
“Dia belajar make up di Paris, pasti dia bekerja di salon kecantikan. Kenapa tidak terpikir olehku.” Jawab Kang Jae lalu pergi mencari Ae Ri.
“Dia benar2 bodoh. Sudahlah, jangan bicarakan ini lagi. Aku khawatir pada Eun Jae. Dia pasti dimarahi ibu mertuanya karena Kang Jae memukuli Gyo Bin.” Ucap Ibu Kang Jae.


Gyo Bin sedang merapikan dasinya. Ia teringat dengan ciuman Ae Ri semalam. Tiba2, ponselnya berbunyi. Ia mengangkat ponselnya dan kaget mendengar suara Ae Ri. Ia celingak celinguk di kamarnya, kemudian menjawab telepon Ae Ri.
“Apa kau sudah memikirkan permintaanku semalam? Tentang apartemen untukku?”
“Heh, aku tidak punya uang untuk membelikanmu apartemen.”
“Berarti aku tidak punya pilihan lain. Pemilik Salon Bella menawariku apartemen.”
“Dasar brengsek. Kenapa dia memberimu apartemen?”
“Mungkin ini bukan hanya sekedar bisnis. Aku tidak percaya seorang pengusaha rela menghambur2kan uang dengan cuma2.”
“Baiklah. Aku akan membelikanmu apartemen. Tapi tidak perlu yang besar kan?”
Ae Ri tersenyum puas. “Aku tidak suka apartemen besar, aku hanya ingin apartemen yang kecil dimana aku bisa melihatmu setiap hari.”
“Apa kau sibuk hari ini”
“Kau bisa datang ke kantorku. Apa kau tidak penasaran dengan kantorku?”
“Jika aku punya waktu, aku akan datang.”
“Bawakan aku bunga.”



Ha Jo sedang membaca koran. Eun Jae datang membawakan minuman untuknya. Mi In keluar dari kamarnya. Ia memberikan pandangan sinis pada Eun Jae saat Eun Jae mengucapkan selamat pagi padanya.
“Ibu, apa mau kuambilkan obat?” tawar Eun Jae.
“Tentu saja. Aku tidur di lantai yang dingin tanpa selimut semalam. Siapa yang tidak akan sakit kalau tidur di lantai. Kepalaku pusing sekali.” Ucap Mi In pura2 sakit.
“Akan kuambilkan ibu teh jahe.”
“Aku tidak mau yang instan. Aku mau kau membuatnya sendiri dan jangan lupa tambahkan madu.”
“Baik ibu. Aku juga akan membawakan jus pir.” Jawab Eun Jae lalu beranjak ke dapur. Soo Bin dan Ha Neul turun dari tangga dan menghampiri ortu mereka. Ha Jo terus membaca koran dan berkata, “Menjengkelkan.”


“Apa ibu sakit?” tanya Soo Bin, lalu duduk disamping ayahnya.
“Kudengar sekarang sedang musim flu. Aku tidur di lantai yang dingin semalam.” Jawab Mi In.
Ha Neul duduk disamping Mi In dan memegang kening Mi In, lalu berkata, “Badanmu tidak panas? Apa kau sengaja berpura2 terlihat menyedihkan?”
“Tega sekali kau bicara seperti itu? Aku hampir kehilangan suaraku. Aku juga menggigil kedinginan.” Jawab Mi In, lalu pura2 bersin. Ha Jo sama sekali tidak peduli. Ia melipat koran dan meletakkannya di meja, lalu pergi ke kantor. Mi In kesal dengan Ha Jo.


Eun Jae masuk ke kamar dan kaget melihat Gyo Bin sudah selesai pakaian. Ia mau merapikan dasi Gyo Bin, tapi tangannya ditepis Gyo Bin.
“Apa sih yang kau sibukkan di pagi hari sampai kau tidak bisa mengurus suamimu. Kita kan belum punya anak.”
“Aku minta maaf. Ah, dasi itu terlihat cocok untukmu.” Jawab Eun Jae lalu merapikan dasi Gyo Bin.
“Apa kau punya uang? Aku memerlukan uang sekarang.” Ucap Gyo Bin.
“Tapi aku tidak punya uang.”
“Aku tahu ayah memberimu uang. Aku tahu kau masih punya sedikit tabungan.”
“Memangnya uang itu untuk apa?”
“Ketika ayah dan kakakmu membuat masalah, aku memakai uang perusahaan untuk menyelamatkan mereka.  Ayahku bisa marah jika ia tahu aku memakai uang perusahaan.”
“Aku memberikan uangku pada ibumu.”
“Apa?”
“Dia bilang akan mengembalikannya nanti.”
“Apa kau gila? Kau percaya padanya? Ah, sudahlah. Lupakan! Aku butuh uang sekarang. Lakukan apapun yang kau bisa untuk mendapatkan uang itu.”
“Baiklah, aku akan minta pada ibumu.”
“Bilang saja kalau keluargamu butuh uang.”


Eun Jae mengangguk. Dia lalu memberikan perfume hadiah Ae Ri pada Gyo Bin. Gyo Bin kaget mendengar nama Ae Ri. Eun Jae memberitahu Gyo Bin kalau Ae Ri sudah kembali dari Paris dan sudah menjadi penata rias professional. Ia yakin Kang Jae pasti akan gembira setelah bertemu Ae Ri. Gyo Bin kaget dan tanya apa Ae Ri sudah bertemu Kang Jae. Eun Jae bilang mereka belum bertemu tapi pasti akan bertemu.


Gun Woo sedang merapikan kerah bajunya di depan cermin. Soo Hee masuk ke kamar Gun Woo dan ingin memilihkan dasi untuk Gun Woo. Gun Woo bilang dia sudah memilih dasinya dan menunjukkan dasi yang akan dia pakai. Dasi yang akan dipakainya adalah dasi hadiah dari Soo Hee sewaktu ia masih duduk di bangku kuliah. Soo Hee gak menyangka Gun Woo masih menyimpan dasi itu. Gun Woo bilang ia akan memakai dasi itu di hari pernikahannya dan bilang kalau istrinya pasti akan cemburu pada Soo Hee. Soo Hee tanya apa Gun Woo punya rencana melakukan kencan buta. Gun Woo bilang ia akan segera mencari pacar.


“Kau punya waktu untuk kencan dengan wanita lain, tapi tidak punya waktu untuk menonton film denganku! Aku kecewa padamu! Kau sama saja seperti laki2 lain!” teriak Soo Hee lalu keluar dari kamar Gun Woo. Gun Woo bingung Soo Hee tiba2 marah padanya.


Soo Hee mengantarkan ibu dan kakaknya ke depan. Gun Woo kaget ibunya membelikannya sebuah mobil. Sang ibu menyerahkan kunci mobil baru Gun Woo pada Gun Woo. Gun Woo berterima kasih pada ibunya dan berkata kalau mobil lamanya masih bagus. Soo Hee mengajak Gun Woo jalan2. Sang ibu menyuruh Soo Hee konsentrasi pada pameran lukisan yang akan ia ikuti. Soo Hee bilang ia lebih tertarik bermain bersama Gun Woo daripada mengikuti pameran lukisan, lalu masuk ke dalam. Gun Woo dan sang ibu tertawa mendengar jawaban Soo Hee.


Kang Jae keluar masuk beberapa salon hanya untuk mencari Ae Ri. Ia menunjukkan foto Ae Ri pada pegawai salon tapi tak satu pun yang mengenal Ae Ri. Mi Ja sedang bekerja. Ia bekerja di salon Yeo Sa sebagai Cleaning Service. Ia sedang mengepel lantai. Yeo Sa menghampirinya. Ia mengajak Mi Ja sarapan, tapi Mi Ja menolaknya karena membawa bekal dari rumah. Mi Ja memuji kebaikan hati Yeo Sa. Tiba2, Kang Jae menabrak mereka. Kang Jae kaget melihat ibunya bekerja di salon itu begitu pula Mi Ja kaget melihat anaknya di salon itu. Mereka lalu bicara diluar.


“Siapa yang menyuruhmu bekerja? Apa ini pekerjaan yang kau ceritakan padaku?” tanya Kang Jae.
“Memang apa salahnya menjadi cleaning service? Aku kan tidak mencuri. Aku melakukan ini untuk mendapatkan uang.”
“Biar aku dan ayah yang mencari uang! Tinggalkan pekerjaan ini!”

“Aku akan melakukan apapun untuk mendapatkan uang.”


Ae Ri sedang memberikan pelatihan pada semua pekerjanya di salonnya. Gyo Bin tersenyum melihat Ae Ri. Ae Ri melambaikan tangannya pada Gyo Bin begitu melihat Gyo Bin. Ia mengajak Gyo Bin ke ruangannya. Gyo Bin memberinya bunga dan mengucapkan selamat untuk pekerjaannya. 


Ae Ri mencium Gyo Bin. Gyo Bin memuji kehebatan Ae Ri. Ae Ri meminta Gyo Bin melupakan Ae Ri yang dulu tinggal dengan Eun Jae, karena ia sekarang adalah Michelle Sin.


Gyo Bin dan Ae Ri sedang melihat2 apartemen yang akan mereka beli.


Gyo Bin kembali ke kantornya dan menelpon Eun Jae. Ia tanya apa yang sedang dilakukan Eun Jae. Eun Jae bilang ia sedang membuat sabun dari teh hijau untuk Gyo Bin, ibu Gyo Bin dan Ha Neul. Gyo Bin tanya apa Eun Jae tidak iri melihat perempuan lain yang sukses dengan karirnya. Eun Jae tanya apa Gyo Bin menelpon hanya untuk mengatakan hal itu. Gyo Bin lalu mendesak Eun Jae untuk meminta uang itu dari ibunya. Eun Jae bilang ia gak bisa mengatakan hal itu karena ibu Gyo Bin sedang sakit. Gyo Bin terus mendesaknya. Eun Jae janji akan segera membicarakan hal itu dengan ibu Gyo Bin.




Mi In lagi menyusun kartu2nya, tiba2 Eun Jae datang. Ia pun langsung pura2 tidur. Eun Jae datang membawakan obat. Mengira Mi In sedang tidur, ia pun beranjak dari kamar Mi In. Mi In bangun dari tidurnya begitu Eun Jae keluar. Ia heran kenapa Eun Jae selalu baik pada semua orang.


“Apa ini untukku?” tanya Ha Neul berlari2 menghampiri Eun Jae. Ia membawa sebuah bedak.

“Iya, Bibi. Ini bedak yang terbuat dari teh hijau, sangat bagus untuk kulitmu.”

“Aku akan terlihat cantik setelah memakai ini. Lalu aku akan menikah dengan Tuan Kim. Kupikir dia menyukaiku.” Ucap Ha Neul sambil memakaikan bedak itu pada pipinya.


Bibi menghampiri mereka. “Kenapa kau bisa punya pikiran dia menyukaimu? Jangan membohongi dirimu sendiri.”

Ha Neul menarik napas kesal dan menatap bibi dengan tatapan tajam lalu berkata, “Tuan Kim menyukaiku. Dia selalu tersenyum padaku dan membantuku membawakan barang2ku.”

“Dia menertawakanmu karena kau bodoh dan dia membantumu karena dia dibayar untuk bekerja.” Jawab Bibi. Eun Jae pergi meninggalkan mereka karena mendengar suara telepon. Ha Neul mengepalkan tangannya dan siap memberikan tinjunya pada Bibi. Bibi memegang kepalan tangan Ha Neul. Ha Jo yang menelpon.

“Hallo ayah, ibu masih tidur. Dia belum makan dan minum obat.” 
 

“Pastikan dia makan sesuatu. Jangan katakan aku yang  menyuruhmu. Jaga dia.” Ucap Ha Jo, kemudian menutup teleponnya. Ia menghela napas. Gun Woo masuk ke ruangannya dan bertanya apakah Ha Jo mencarinya. Ha Jo bertanya soal pekerjaan Gun Woo. Gun Woo bilang perlu dilakukan perbaikan secara besar2an pada proyek yg dikerjakan Gyo Bin. Ha Jo lalu bilang percaya pada kemampuan Gyo Bin. Soo Hee menelponnya. Ha Jo menyuruh Gun Woo menjawab ponselnya tapi Gun Woo tidak menjawab ponselnya.


Di kolam renang, Soo Hee kesal Gun Woo tidak menjawab ponselnya. Dia bangkit dari duduknya, kemudian mengenakan kacamata renangnya dan mulai berenang. Sampai di pinggir kolam, ia melepas kacamata hitamnya dan sedih karena Gun Woo tidak menjawab ponselnya. Ia memakai kacamata renangnya lagi dan kembali berenang.


Kang Jae sedang di bus. Ia langsung turun dari bus begitu melihat spanduk Ae Ri terpampang di Salon Bella. 


Tidak ada yang bernama Shin Ae Ri di salon itu. Kang Jae kaget dan bertengkar dengan pegawai salon. Ia lalu tanya spanduk Ae Ri yang terpampang di depan Salon. Pegawai bilang itu Michelle Sin. Kang Jae berkeras kalau namanya adalah Shin Ae Ri.
“Dia tamuku.” Ucap Ae Ri.
“Ae Ri.” Jawab Kang Jae. Ae Ri kesal menatap Kang Jae.


Ae Ri menuangkan teh untuk Kang Jae di ruangannya. Ia menyuruh Kang Jae duduk.
“Ae Ri, aku sangat merindukanmu. Kau cantik sekali. Selamat datang kembali Ae Ri.” Ucap Kang Jae.
“Terima kasih. Bagaimana kabarmu? Kau masih terlihat sama seperti yang dulu?”
“Kau kan tahu bagaimana aku.”
“Kau masih bekerja sebagai manajer di klub itu?”
“Gapsu sangat baik padaku. Dia membayarku tepat waktu.”
“Maafkan aku tapi aku harus kembali bekerja. Aku ada tamu VIP, setelah itu aku akan diwawancarai oleh sebuah majalah. Kita tidak bisa sering2 bertemu.”
“Sepertinya aku harus membuat janji dulu untuk bertemu denganmu. Oya, dimana kau tinggal sekarang. Aku sudah menyiapkan kamar untukmu di rumahku. Kau bisa pindah sekarang.”
“Bagaimana mungkin aku bisa datang dari Jungreung ke Cheongdamdong setiap hari? Aku bisa terlambat bekerja. Aku sudah nyaman di tempatku sekarang. Aku harus mandiri sekarang. Aku tidak mau membebani keluargamu lagi. Aku pastikan aku akan mengembalikan uang kalian yang kalian pakai untuk merawatku selama 20 tahun.” Ucap Ae Ri lalu bangkit dari duduknya. Kang Jae bangkit dari duduknya dan menarik tangan Ae Ri.
“Apa maksudmu? Kenapa kau bicara soal uang?”
“Aku bukan keluargamu! Aku tidak ingin berhutang dengan siapa pun!”
Kang Jae memeluk Ae Rid an bilang kalau ia sangat merindukan Ae Ri. Ae Ri mendorong Kang Jae. Ia khawatir ada yang melihat mereka dan rumor tentang mereka berkembang di kantornya. Kang Jae bilang kalau mereka akan segera menikah. Ae Ri mengusir Kang Jae.


Kang Jae meminta uang pada ayahnya. Ia bilang mau membelikan apartemen untuk Ae Ri.


Eun Jae melihat Mi In yang sedang makan. Mi In curiga Eun Jae memasukkan racun ke dalam makanannya karena Eun Jae melihatnya makan. Eun Jae duduk disamping ibunya dan meminta sang ibu mengembalikan uangnya. Ha Jo pulang bawa daging panggang buat Mi In. Ha Neul menghampiri Ha Jo dan bilang kalau Mi In lagi makan sup yang dibuatkan Eun Jae. Ha Jo memberikan daging itu pada Ha Neul.


Mi In marah karena Eun Jae meminta uang itu dikembalikan. Ia menolak mengembalikan uang itu. Ha Jo mendengar itu marah. Ia mau memukul Mi In dengan stik golf. Eun Jae melindungi Mi In.


BERSAMBUNG…..